Tuesday, December 25, 2007

Cukup Ngeluh! Ayo Ajak Orang Jakarta Kelaut

Dalam suatu diskusi ringan tentang kegiatan layar sambil makan siang dengan seroang teman, kita ngebahas tentang industri pleasure boat atau kapal pesiar di Jakarta. Diakhir makan siang, saya dan teman itu sama-sama sepakat bahwa industri ini sama sekali tidak berkembang, bahkan bisa dibilang keberadaannya negligible. Yang menarik, kesimpulan saya dan teman itu tentang penyebab keadaan itu adalah minimnya (atau tidak adanya) peran pemerintah. Gampang kan....

Selepas diskusi, terus terang saya merasa tidak puas dengan kesimpulan yang turut saya ambil sendiri. Cape' rasanya saya mendengar keluhan saya sendiri dan banyak orang lain tentang kebijakan maritim Indonesia secara umum. Pokoknya setiap bicara tentang hal yang berhubungan dengan laut, nyambungnya ke keluhan tentang betapa buruknya kebijakan pemerintah dibidang ini.

Mau awal mula pembicaraan tentang hobi seperti mancing, scuba diving dan sailing ataupun udah yang cukup serius karena menyangkut periuk nasi orang kecil maupun besar seperti kebijakan perikanan, perkapalan, turisme dan lain sebagainya. Selalu balik-balik ke kesimpulan "memang pemerintah seharusnya lebih memperhatikan lagi industri maritim. Kalau tidak maka kita akan semakin ketinggalan dengan tetangga kita Malaysia, Thailand dan bahkan Vietnam"

Harus diakui memang pemerintah kita sangat dodol dalam bidang yang satu ini (seperti juga banyak bidang-bidang lain). Salah satu contoh adalah sikap pemerintah tentang industri kapal pesiar dalam negeri itu (industri ini penting sekali karena kelaut harus pakai kapal kan.. jadi apapun kegiatannya dilaut, harus ada dukungan penuh dari insuytri kapal yang kuat).

Saat ini, setahu saya tidak ada upaya yang berarti apapun dari pemerintah untuk membuat industri ini tumbuh sehat. Tidak ada insentif pajak, tidak ada dukungan sarana dan prasarana serta tidak ada kontrol atas kualitas untuk menjamin tingkat keselamatan. Akhirnya yang ada, pasar didominasi oleh industri rumahan yang menomorsekiankan faktor keselamatan, kerapihan dan konsistensi produk demi memenangkan persaingan. Gampangnya, coba anda pergi ke Marina Pantai Mutiara atau Ancol, bandingkan antara kapal buatan lokal dan luar negeri. Jauh betul bedanya.....

Memang enak kalau kita lantas mengarahkan salah ke Pemerintah. Karena dengan begitu seakan-akan kita telah menemukan jawaban dan oleh karena itu tidak perlu lagi berpikir mencari solusi

Saya melihat industri kapal pesiar di Indonesia (khususnya Jakarta) tidak tumbuh karena memang pasarnya tidak cukup besar. Aneh kan? Jakarta yang kota dengan wilayah pesisir yang lumayan tidak memiliki pasar untuk kapal rekreasi yang cukup besar. Padahal teluk Jakarta dan kepulauan seribu seharusnya cukup untuk memikat warga Jakarta untuk keluar dari kota Jakarta yang sumpek itu. Tapi sampai sekarang orang tidak (atau belum) melihat itu sebagai alternatif kegiatan.

Mungkin penyebab utamanya adalah fakta bahwa orang Jakarta umumnya lebih cinta daratan. Dugaan saya ini adalah pengaruh latar belakang bangsa Indonesia pada umumnya yang petani (termasuk orang Bugis yang menurut anggapan umum adalah pelaut ulung, ternyata baru mulai mengembangkan kegiatan maritim pada abad 18 dan pinisi itu baru ditemukan pada ujung abad 19--Christian Pelras, Manusia Bugis, Penerbit Nalar 2006).

Hal ini saya buktikan sendiri. Susah betul mengajak teman ataupun saudara untuk berlayar. Apakah itu untuk perjalanan jauh atau sekedar menikmati keindahan teluk Jakarta pada akhir pekan (walaupun airnya kadang-kadang coklat kadang-kadang hitam serta campur sampah, teluk jakarta masih meyimpan keindahan lho). Banyak sekali alasan penolakan yang saya terima. Dari alasan yang cukup langsung seperti "males ah", "takut item....." sampai alasan teknis mengutip rilis BMG ke media masa tentang pasang yang lebih tinggi dari biasanya (walaupun alasan ini tidak selalu memiliki dampak munculnya gelombang yang berbahaya di teluk Jakarta).

Bukan bermaksud menggampangkan masalah pelik. Tapi saya melihat kecilnya pasar lokal memang menjadi salah satu penyebab utama. Khususnya karena sampai saat ini galangan kapal pesiar yang ada masih didominasi oleh industri rumahan yang membangun kapal tidak dengan standar-standar yang diakui secara internasional. Oleh karena itu, industri tidak dapat menjadikan pasar luar negeri (yang sangat besar dan terus tumbuh) menjadi motor pertumbuhan.

Lantas bagaimana agar pasar lokal bisa tumbuh tanpa harus mengharapkan keterlibatan pemerintah? Cara yang paling dekat dengan kita masing-masing dan dapat kita upayakan
adalah dengan mengajak teman dan saudara kita untuk melaut!

Saya yakin kalau kita berhasil mengajak teman dan saudara untuk mengeksplor potensi wisata laut di Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu, lambat laun industri itu akan tumbuh. Selanjutnya dengan membesarnya pasar, saya yakin mekanisme pasar akan dengan sendirinya membentuk industri. Walaupun demikian, apabila pemerintah tetap dapat berperan dalam proses tersebut, tentu saja hasil yang akan dicapai akan lebih optimal.

***

5 comments:

admin said...

Dear Kapten Selamet, selamat memulai blogging. Tema yang anda angkat sangat menarik dan bermanfaat. Semoga bisa terus konsisten menulis dan menjadi salah satu sumber utama wacana maritim di negeri ini.

admin said...

Belum ada tulisan baru Kapten???

Kapten Slamet said...

Saudara Ery,terima kasih komentarnya (lebih baik terlambat dari pada tidak terlambat). Saya senang sekali dapat dua komentar dari anda. Apalagi kareana tidak ada komentar lain sejak Maret lalu :) saya akan posting lagi dan mudah2an bisa lebih aktif

Anonymous said...

ayo kapten Slamet...lanjutkan sharing info & pengalaman kelautan anda...kami sklg baru mulai nih & ingin belajar dr anda!

Anonymous said...

halo kaptem slamet, menarik sekali info2nya.. keep on blogging ya topiknya unik